Rabu, 16 Maret 2011

Semua Tentang Jimat , Reziki, dan Gaya Modern dalam Islam

Masyarakat muslimin Indonesia harus memahami kajian berikut, sangat penting karena mengulas secara lengkap bahaya jimat dan gaya hidup modern saat ini. Berlatar belakang sejarah Indonesia yang dahulunya adalah masyarakat dengan kepercayaan hindu dan budha, hingga sekarang sebagian masyarakat Indonesia yang sudah muslim masih terbelenggu dengan berbagai klenik dari kepercayaan masyarakat zaman hindu. Sehingga kemurnian ajaran islam yang dianut menjadi bernoda, tercampur dengan khurafat. Khusus masalah jimat tak terlepas dari kepercayaan nenek moyang bangsa Indonesia, yang hingga kini belum terlepas dari sebagian muslim di tanah air. Tanpa disadari kesyirikan merusak kemurnian ajaran Islam. Kita simak sama-sama 3 kajian berikut berkaitan dengan rejeki, bahaya jimat dan gaya hidup modern.


Tentang Jimat

Segala puji hanyalah milik Allah. Dialah zat yang telah menyempurnakan nikmat-Nya untuk kita dan secara berturut-turut memberikan berbagai pemberian dan anugerah kepada kita.
Dia telah menjadikan umat ini, umat Islam sebaik-baik umat. Allah tunjukkan kepada kita jalan yang lurus dan agama yang benar. Segala puji hanyalah milik Allah baik di awal ataupun di akhir. Segala rasa syukur lahir ataupun batin juga hanya hak-Nya.
Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tanpa ada sekutu bagi-Nya.
Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah menjelaskan tauhid dan rambu-rambunya serta menutup rapat-rapat segala jalan dan sarana yang bisa merusak tauhid secara total ataupun merusak kesempurnaan tauhid.
Semoga Allah memuji dan memberi keselamatan untuknya, keluarganya dan seluruh shahabatnya.
Semoga Allah memberikan balasan berupa kebaikan untuk beliau karena jasa beliau untuk kita secara khusus dan untuk Islam secara umum dengan sebaik-baik balasan.
Bertakwalah kepada Allah karena sesungguhnya bertakwa kepada Allah adalah asas kebahagiaan dan jalan menuju keberuntungan di dunia dan di akherat. Sadarilah bahwa Allah telah memberi nikmat yang sangat besar kepada kita dengan menunjuki kita agama ini dan menjadikan kita sebagai bagian dari umat Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Dialah yang telah mengajarkan kebaikan dan menunjuki umat manusia agar meniti jalan Allah yang lurus. Itulah agama yang Allah ridhoi untuk hamba-hamba-Nya. Allah tidak akan menerima agama dari mereka melainkan agama tauhid. Itulah agama Islam, agama yang mengajarkan keimanan, kebaikan, memenuhi janji dan ketulusan.
Agama ini dibangun di atas landasan berupa membersihkan agama dari berbagai penyimpangan dan kesesatan serta sikap menjauh dari jalan yang lurus. Agama ini membersihkan akal manusia dari berbagai khurafat dan mitos-mitos yang tidak benar karena tidak memiliki dalil dan hujjah dari Allah. Agama ini mengajak pemeluknya untuk bangkit menuju kedudukan dan derajat yang tinggi. Marilah kita memuji Allah karena nikmat berupa agama ini dan berdoalah kepada Allah agar Dia meneguhkan kita di atas agama ini hingga datangnya kematian.
Di antara anugerah Allah dengan agama ini yaitu agama yang mengajarkan tauhid dan memurnikan ibadah hanya untuk Allah adalah agama ini mengajari kita untuk hanya menggantungkan hati kepada Allah. Hati tunduk dan menghinakan diri serta berharap hanya kepada Allah semata, bukan yang lainnya.
Di antara bentuk syukur atas hidayah berupa meniti agama yang benar ini adalah adanya antusias yang besar dari masing-masing dari kita untuk menjaga diri agar tetap memegang agama ini, memberikan perhatian dengan baik dan menjauhi sejauh-jauhnya berbagai hal yang menghilangkan agama ini dari diri kita secara total ataupun sekedar mengurangi kesempurnaannya.
Makna tauhid yang merupakan asas agama ini adalah memurnikan seluruh amal untuk Allah semata. Tidak ada doa baik ketika senang maupun ketika susah kecuali kepada Allah. Tidak memohon bantuan, pertolongan, kesembuhan dan kesehatan kecuali kepada Allah. Dialah zat yang mengabulkan doa orang-orang yang berada dalam kondisi terjepit, menghilangkan kesusahan dan kesulitan. Di tangan-Nya kendali segala urusan. Tiada pencipta melainkan diri-Nya. Tiada yang pantas disembah melainkan Dia.
Di antara yang mengurangi kadar kesempurnaan tauhid, bahkan boleh jadi menghilangkannya secara total dan mencabut tauhid sampai ke akar-akarnya adalah bergantungnya hati kepada benang atau bentuk-bentuk jimat yang lain dengan harapan bisa mendatangkan manfaat dan mencegah mara bahaya. Hal ini termasuk kemusyrikan. Termasuk kemusyrikan adalah memakai jimat dengan berbagai bentuknya dengan harapan bisa mewujudkan manfaat ataupun mencegah mara bahaya.
Allah berfirman dalam al Qur’an,
قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ
كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ ۚ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
Yang artinya, “Katakanlah, “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan mara bahaya kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan mara bahaya itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri” (QS Az Zumar: 38).
Hati itu hanya boleh disandarkan kepada Allah. Memohon kesembuhan, tercegah ataupun hilangnya bala bencana hanya boleh kepada Allah. Dialah yang memberi, yang menahan rizki, meninggikan ataupun menurunkan derajat. Di tangan-Nyalah kendali segala urusan.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan kualitas sanad yang tidak mengapa dari Imron bin Hushain, Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang ada seorang yang di tangannya ada gelang dari tembaga. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- lantas menanyai orang itu, “Untuk apa ini?” “Untuk mengobati sakit loyo di tangan”, jawab orang tersebut. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Buanglah”.
Dalam riwayat yang lain, “Lepaslah sesungguhnya benda tersebut hanya akan membuatmu semakin loyo. Andai kau mati dalam kondisi masih memakai benda tersebut maka engkau mati tidak dalam keadaan memeluk agama Muhammad”.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ‘Uqbah bin ‘Amir, Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-bersabda, “Barang siapa yang memakai jimat maka Allah tidak akan mewujudkan keinginannya. Barang siapa yang memakai jimat untuk penenang hati maka Allah tidak akan menenangkannya”.
Dalam riwayat yang lain, “Barang siapa yang memakai jimat maka dia telah melakukan perbuatan kemusyrikan”.
Dalam sebuah hadits yang sahih, Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya mantera-mantera, jimat dan pelet atau pengasihan adalah kemusyrikan”.
Renungkanlah hadits-hadits di atas. Hadits yang semakna dengan hadits di atas masih banyak lagi. Hadits-hadits ini adalah di antara bukti bahwa Nabi itu menginginkan kebaikan untuk umatnya. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjelaskan hal di atas agar umat Islam tetap menjadi umat yang mulia karena menggantungkan hatinya kepada penciptanya dan bersandar kepada Rabbnya. Hanya mengharapkan kesembuhan dari Allah, tidak dari berbagai bentuk jimat baik yang terbuat dari manik-manik, kerang, tembaga, ataupun besi. Semua benda tersebut adalah ciptaan Allah yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, terlebih lagi memberi manfaat ataupun mencegah mara bahaya dari yang lain.
Orang yang memakai berbagai bentuk jimat di atas tidak lepas dari dua kemungkinan:

Pertama, orang yang memakainya berkeyakinan bahwa benda itu sendiri yang mendatangkan manfaat ataupun menghilangkan mara bahaya. Benda itulah yang menyembuhkan atau menghilangkan bala bencana. Keyakinan semacam ini untuk benda-benda ini terhitung syirik besar yang membatalkan keislaman dengan kesepakatan seluruh ulama Islam. Dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut sangat jelas dan sebagiannya telah disebutkan.

Kedua, orang tersebut memakai benda-benda ini dengan keyakinan bahwa yang memberi nikmat ataupun bencana, yang memberi atau tidak memberi adalah Allah. Akan tetapi dia memakai benda-benda tersebut karena dia beranggapan bahwa benda tersebut sekedar sarana dan sebab kesembuhan. Jika demikian maka perbuatan ini tergolong syirik kecil yang menyebabkan hilangnya kesempurnaan tauhid yang hukumnya wajib. Sebagaimana diketahui bersama bahwa benda-benda ini bukanlah sarana kesembuhan baik secara syariat maupun menurut medis.
Oleh karena itu, setiap muslim memiliki kewajiban untuk ekstra hati-hati dan waspada serta benar-benar memperhatikan kemurnian tauhidnya dari segala pengrusak tauhid ataupun yang mengurangi kadar kesempurnaannya ataupun menghilangkan tauhid secara total. Dengan demikian hati tetap bergantung, bersandar dan bertawakal hanya kepada Allah, tidak kepada yang lainnya.
Di antara kebiasaan Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah jika ada orang sakit yang dibawa ke tempat Nabi maka beliau meruqyahnya dengan ucapan, “Ya Allah pemelihara manusia hilangkanlah penyakit. Sembuhkanlah, engkaulah yang memiliki kesembuhan. Tiada kesembuhan melainkan kesembuhan yang berasal dari-Mu dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit sedikitpun”.
Ya Allah fahamkanlah kami dengan agama kami sendiri dan tunjukilah kami jalan yang lurus. Jauhkanlah kami dari kemusyrikan baik yang samar maupun yang nyata, besar ataupun kecil.
Ya Allah kami memohon perlindungan kepada-Mu jangan sampai kami menyekutukan-Mu dalam keadaan kami mengetahuinya dan kami memohon ampunan kepada-Mu untuk dosa yang tidak kami ketahui.
Ya Allah berilah kami taufik untuk melakukan apa yang Kau cintai dan Kau ridhoi.
Ampunilah dosa kami di masa silam maupun yang di masa yang akan datang.
Ampunilah kami, dosa orang tua kami dan dosa seluruh kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan dan seluruh orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan, baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khutbah Kedua
Segala puji itu milik Allah. Dialah dzat yang memiliki kebaikan yang sangat besar dan anugrah serta kedermawanan yang sangat luas.
Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tanpa ada sekutu baginya.
Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan untuknya, keluarganya yang merupakan manusia pilihan dan semua sahabatnya yang merupakan manusia-manusia yang bertakwa seiring silih bergantinya malam dan siang.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa termasuk jimat yang merupakan benda-benda yang digantung yang tidak benar karena tidak ada dalil pendukung dari syariat Allah yang dipakai oleh sebagian orang karena berkeyakinan bahwa benda tersebut bisa mendatangkan manfaat atau mencegah mara bahaya, suatu anggapan yang sama sekali tidak berdasar dalil adalah menggantungkan beberapa potongan kain yang berwarna hitam. Hal ini bisa kita saksikan pada sebagian mobil terutama mobil truk. Benda ini digantungkan pada bagian depan atau bagian belakang mobil. Orang yang melakukannya beranggapan bahwa benda tersebut bisa mencegah mara bahaya atau menyelamatkan mobil dari kecelakaan lalu lintas ataupun anggapan dan sangkaan palsu lainnya.
Ini semua timbul karena kebodohan dengan agama dan tidak mengetahui petunjuk al Qur’an dan sunah Nabi-Nya.
Di manakah akal mereka? Benda ini sama sekali tidaklah bisa memberi manfaat untuk mobil ataupun pemiliknya sedikit pun.
Perbuatan ini termasuk bergantung kepada selain Allah. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Barang siapa yang menggantungkan seseuatu maka dia dipasrahkan kepada benda tersebut”. “Barang siapa yang memakai jimat maka Allah tidak akan mewujudkan keinginannya”. Demikianlah yang terdapat di dalam hadits-hadits yang sahih.
Para pemilik mobil tersebut hendaknya merasa takut kepada Allah dengan mewaspadai berbagai bentuk pelanggaran terhadap aturan agama dan perkara yang berseberangan dengan tauhid.
Para pemilik mobil-mobil tersebut ataupun para pimpinan perusahaan yang memiliki mobil-mobil tersebut berkewajiban untuk melarang para sopir yang awam dan bodoh dengan aturan agama untuk menggantungkan jimat tersebut.
Perbuatan ini tidak bermanfaat selain merusak agama dan menyebabkan cacatnya keyakinan yang benar.
Kita memohon kepada Allah agar Dia menunjuki kita keyakinan yang benar, memberi taufik kepada kita untuk mengikuti sunah Nabi-Nya, menjauhkan kita dari segala hal yang menyelisihi tauhid dan akidah yang lurus,  menjadikan kita orang yang benar-benar bersandar dan bertawakal kepada Allah dan tidak memasrahkan diri kita kecuali kepada-Nya serta tidak memasrahkan diri kita kepada diri kita sendiri meski hanya sekejap mata. Sesungguhnya Dia itu mendengar doa dan tempat menggantungkan harapan yang tepat. Cukuplah Dia bagi kita dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.
Hendaknya kalian mengucapkan sholawat dan salam untuk pemimpin para pembawa hidayah dan sebaik-baik dai, Muhammad bin Abdillah sebagaimana yang Allah perintahkan dalam kitab-Nya
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Yang artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab:56).
Ya Allah, berikanlah salawatmu, keselamatan dan berkah-Mu untuk hamba dan utusan-Mu nabi kami, Muhammad.
Ya Allah berikan ridhoMu untuk empat khulafaur rasyidin yang merupakan para pemimpin yang mendapatkan hidayah yaitu Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali. Demikian pula ya Allah berikanlah ridhoMu untuk semua shahabat dan tabiin serta semua orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Kiamat nanti. Demikian juga berikanlah ridhoMu untuk kami dengan anugrah, kemurahan dan kebaikanMu, wahai zat yang maha pemurah.
Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin.
Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin.
Ya Allah muliakanlah Islam dan kaum muslimin dan hinakanlah kemusyrikan dan para pelakunya, hancurkanlah para musuh agama dan lindungilah daerah kaum muslimin wahai pemilik semesta alam.
Ya Allah, berikanlah rasa aman untuk kami di negeri kami sendiri dan perbaikilah para penguasa dan pemimpin kami.
Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami adalah orang yang merasa takut dan bertakwa kepada-Mu serta mengikuti ridho-Mu wahai pemilik alam semesta.
Ya Allah, berilah taufik kepada penguasa kami untuk melakukan apa yang Kau cintai dan Kau ridhoi, bantulah mereka untuk melakukan kebaikan dan ketakwaan, bimbinglah perkataan dan tindak tanduk mereka, berilah mereka kesehatan badan dan afiat.
Ya Allah berikan taufik-Mu kepada semua penguasa kaum muslimin agar mengamalkan kitab-Mu dan mengikuti sunah Nabi-Mu, Muhammad – shallallahu ‘alaihi wa sallam-  dan jadikanlah mereka wujud kasih sayang-Mu untuk hamba-hamba-Mu yang beriman.
Ya Allah, berikanlah kepada jiwa kami ketakwaan. Sucikanlah jiwa kami. Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan jiwa karena Engkau adalah zat yang mengatur jiwa manusia.
Ya Allah, perbaikilah agama kami yang merupakan pegangan hidup kami. Perbaikilah dunia kami karena di sanalah kami hidup. Perbaikilah akherat kami karena ke sanalah kami akan kembali. Jadikanlah hidup kami di dunia ini sebagai tambahan kebaikan untuk kami dan jadikanlah kematian sebagai sarana istirahat kami dari berbagai keburukan.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu segala kebaikan yang perbendaharaannya ada di tangan-Mu dan ya Allah, kami memohon perlindungan dari segala keburukan yang perbendaharaannya ada di tangan-Mu serta jadikanlah semua takdir yang Kau tetapkan untuk kami adalah kebaikan.
Ya Allah perbaikilah hubungan di antara kami, satukanlah hati kami dan tunjukilah kami jalan-jalan menuju keselamatan, keluarkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya.
Berkahilah pendengaran kami, penglihatan kami, istri-istri kami, harta kami, anak keturunan kami dan jadikanlah kami orang-orang yang diberkahi dimana saja kami berada.
Ya Allah, ampunilah apa yang telah kami lakukan dan apa yang belum kami lakukan, apa yang kami lakukan dengan sembunyi-sembunyi maupun yang kami lakukan dengan terang-terangan, sikap berlebih-lebihan yang kami lakukan dan dosa yang Engkau lebih tahu dari pada kami. Engkaulah yang memajukan dan Engkaulah yang mengundurkan. Tiada sesembahan yang pantas disembah melainkan diri-Mu.
Wahai tuhan kami, sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami tentu kami termasuk orang yang merugi.
Wahai tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, kebaikan di akherat dan jagalah kami dari api neraka.
Wahai hamba-hamba Allah ingatlah Allah niscaya Allah akan mengingat kalian. Bersyukurlah atas nikmat-nikmat-Nya niscaya Dia akan memberi tambahan nikmat. Mengingat Allah itulah yang lebih besar dan Allah itu mengetahui apa yang kalian lakukan.
Khutbah Jumat Syaikh ‘Abdur Rozaq bin Abdul Muhsin Al Abad Al Badr pada tanggal 7 Jumadil Ula 1425 H
Penerjemah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id

Jimat, Gaya Hidup Modern?

Manusia modern biasanya mempunyai pola pikir yang rasional dan realistis. Namun di zaman yang serba modern ini sangat disayangkan masih banyak orang yang berpikir secara tidak rasional sehingga mereka banyak mempercayai hal-hal yang irasional, contoh konkretnya adalah jimat. Dalam budaya masyarakat Indonesia pada umumnya, jimat sangat populer dan lekat dengan kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk jimat kini marak di kolom-kolom iklan media cetak. Kalau hanya sekedar irasional, maka masalahnya tidak sebesar jika irasional ini sampai menjurus kepada kesyirikan.
Hakikat Jimat (Tamimah)
Tamimah (jimat) pada masa jahiliah adalah sesuatu yang dikalungkan pada anak kecil untuk menolak ain (suatu penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata). Namun pengertian tamimah sekarang ini tidak terbatas pada bentuk dan kasus tertentu, tetapi mencakup semua benda dari bahan apapun, bagaimanapun cara pakainya dan tempat pakainya. Ada yang dari bahan kain, benang, kerang maupun tulang, baik dipakai dengan cara dikalungkan, digantungkan dan sebagainya. Tempatnya pun bervariasi baik di mobil, rumah, leher, kaki dan sebagainya. Contoh gampangnya seperti kalung, batu akik, cincin, sabuk (ikat pinggang), rajah (tulisan Arab yang ditulis per huruf dan kadang ditulis terbalik), selendang, keris atau benda-benda yang digantungkan pada tempat tertentu seperti di atas pintu di kendaraan, di pintu depan rumah, diletakkan pada ikat pinggang atau sebagai ikat pinggang, sebagai susuk, atau ditulis di kertas, dibakar lalu diminum dan lain-lain dengan maksud untuk mengusir atau tolak balak.

Dalil-Dalil Tentang Haramnya dan Kesyirikan Tamimah
Ketahuilah bahwa memakai tamimah hukumnya terlarang. Alloh berfirman:
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka menjawab: Alloh, Katakanlah: Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Alloh, jika Alloh hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Alloh hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya? Katakanlah: Cukuplah Alloh bagiku. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (QS. Az Zumar: 38)
Berhalaberhala sesembahan orang musyrik tersebut tidak mampu memberikan manfaat atau menolak mudharat bagi penyembahnya karena memang berhala bukan merupakan sebab untuk mencapai maksud penyembahnya. Begitu pula dengan para pengguna tamimah yang telah mengambil sebab yang bukan merupakan sebab.
Dalam banyak hadits juga disebutkan hal yang serupa. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam melihat seseorang yang memakai gelang kuningan di tangannya, maka beliau bertanya, Apa ini? Orang itu menjawab, Penangkal sakit. Nabi pun bersabda, Lepaskanlah, karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selama-lamanya. (HR. Ahmad). Nabi memerintahkan untuk melepas tamimah tersebut dan mengancam dengan ancaman yang sangat keras jika tidak dilepas hingga mati, menunjukkan tamimah dosa yang sangat besar. Dan ancaman tidak akan beruntung selama-lamanya hanya tertuju pada kesyirikan.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah, bahwa ia melihat seorang lakilaki di tangannya ada benang untuk mengobati sakit panas, maka dia putuskan benang itu seraya membaca firman Alloh taala,
Dan sebagian besar dari mereka itu beriman kepada Alloh, hanya saja mereka pun berbuat syirik (kepada Nya). (QS. Yusuf: 106)
Hudzaifah memahami bahwa tamimah merupakan kesyirikan oleh karena itu beliau membawakan firman Alloh di atas untuk mendalili kesyirikan tersebut. Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Barang siapa menggantungkan sesuatu barang (dengan anggapan bahwa barang itu bermanfaat atau dapat melindungi dirinya), niscaya Alloh menjadikan dia selalu bergantung kepada barang tersebut. (HR. Imam Ahmad dan At Tirmidzi). Hadits ini menunjukkan bahwa pengguna tamimah akan terlantar dan tidak mendapatkan pertolongan Alloh, ini bukti bahwa tamimah sangat tercela.
Nabi bersabda kepada Ruwaifi yang artinya, Hai Ruwaifi, semoga engkau berumur panjang. Untuk itu sampaikanlah kepada orang-orang bahwa siapa saja yang mengikat jenggotnya atau memakai kalung dari tali busur panah atau beristinja dengan kotoran binatang ataupun dengan tulang, maka sesungguhnya Muhammad berlepas diri dari semua itu. (HR. Ahmad). Berlepas dirinya Rosululloh dari pengguna tamimah bukti bahwa hal itu merupakan dosa besar.

Jenis dan Hukum Tamimah
Tamimah ditinjau dari wujudnya ada dua macam: (1) Tamimah berupa Al Quran (2) Tamimah bukan dari Al Quran. Jika tamimah itu berupa Al Quran (misalnya digantungkan dalam mobil untuk menolak bala) maka pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah terlarang, meskipun hukumnya tidak syirik karena menggunakan Al Quran di sini berarti bersandar kepada kalamulloh bukan kepada makhluk. Hal tersebut terlarang karena keumuman dalil larangan tamimah. Jika tamimah dengan ayat diperbolehkan niscaya Rosululloh akan menjelaskannya seperti halnya ruqyah. Di samping itu pemakaian tamimah dengan Al Quran dapat menyebabkan terlecehkannya Al Quran seperti ketika dibawa ke kamar kecil.
Jika tamimah itu berupa non Al Quran maka hukumnya haram dan termasuk kesyirikan. Jika seseorang meyakini bahwa jimat itu hanya sebagai sebab semata dan tidak memiliki kekuatan sendiri maka ia terjatuh dalam syirik kecil. Adapun bila ia meyakini bahwa jimat tersebut dapat berpengaruh tanpa kehendak Alloh maka ia terjatuh dalam syirik akbar, karena hatinya telah bersandar kepada selain Allah.

Hukum-Hukum Sebab
Dalam mengambil sebab maka harus diperhatikan tiga hal:
Pertama, sebab yang diambil harus yang terbukti secara syari atau qodari. Secara syari maksudnya sebab tersebut telah ditunjukkan oleh Al Quran atau As Sunnah dapat mengantarkan kepada maksud atau tujuan. Misalnya amal sholeh adalah sebab masuk surga. Adapun secara qodari maksudnya pengalaman atau penelitian menunjukkan bahwa sesuatu tersebut memang merupakan sebab yang mengantarkan kepada maksud. Contoh makan adalah sebab untuk kenyang, belajar adalah sebab untuk lulus ujian. Sebab qodari ini ada yang halal dan ada yang haram, contoh yang halal yaitu belajar agar menjadi pintar dan contoh yang haram yaitu korupsi agar cepat kaya.
Kedua, hati tetap bersandar kepada Alloh dan tidak bersandar kepada sebab. Maksudnya ketika mengambil sebab hatinya senantiasa bertawakal memohon pertolongan kepada Alloh demi berpengaruhnya sebab tersebut. Hatinya tidak condong kepada sebab tersebut sehingga merasa tenang kepada sebab. Jika seseorang telah memperhitungkan segala sesuatunya kemudian ia merasa pasti akan berhasil maka padanya ada indikasi telah bersandar kepada sebab. Begitu pula seseorang yang kecewa berat atas sebuah kegagalan padahal dia merasa sudah mengambil sebab sebaik-baiknya juga terdapat indikasi bahwa ia telah bersandar kepada sebab.
Ketiga, tetap memiliki keyakinan betapapun keampuhan sebuah sebab berpengaruh dan tidaknya hanya Alloh yang menaqdirkannya. Artinya jika Alloh menghendaki sebab itu berpengaruh maka sebab tersebut akan berpengaruh. Tetapi jika Alloh menghendaki untuk tidak berpengaruh maka tidak akan menghasilkan apaapa walaupun sebab tersebut sangat kuat. Contohnya yaitu api yang besar yang adatnya dapat membakar. Namun tatkala Alloh menghendaki lain justru api itu menjadi dingin seperti kisah Nabi Ibrahim. Demikianlah sekelumit hal-hal yang berkaitan jimat. Semoga dapat menjadikan diri kita semakin dekat dengan Alloh dengan menegakkan tauhid pada diri kita sendiri dan menjauhkan diri dair kesyirikan, besar dan kecilnya. Wallohu Alam Bish showab.
***
Penulis: Abu Abdirrohman Bambang (Alumni Mahad Ilmi)
Artikel www.muslim.or.id
Ada Apa Antara Rezeki dan Jimat?
Urusan klenik, memang sangat sulit dilepaskan dari kehidupan masyarakat kita. Animisme dan aroma perdukunan masih kental terasa, padahal ajaran Islam yang menyerukan tauhid sangat bertentangan dengan hal tersebut. Cobalah tengok salah satunya, tindakan sebagian masyarakat yang mengaku muslim, mereka menggunakan berbagai jimat demi melariskan barang dagangan atau melancarkan rezeki. Kocek pun dirogoh dalam-dalam hanya untuk mendapatkan jimat, yang dipercaya dapat mendatangkan rezeki yang berlebih.

Rezeki, Urusan yang Telah Ditentukan
Rezeki hanyalah berasal dari Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Faathir [35]: 3)
Abu Muhammad al Baghawi rahimahullah mengemukakan bahwa pertanyaan yang diajukan Allah dalam ayat ini berfungsi untuk menetapkan bahwa tidak ada pencipta selain Allah yang mampu memberikan rezeki (Ma’alimut Tanzil 1/412). Sebagai satu-satunya Zat yang memberi rezeki, Allah telah menentukan kadar rezeki untuk setiap hamba-Nya, di antara mereka ada yang diberi kelapangan rezeki, sebagian lagi disempitkan rezekinya. Ada yang kaya, dan ada yang papa. Ada yang berlebih dan ada yang pas-pasan. Rezeki yang akan diperoleh seorang hamba di dunia ini, semenjak lahir hingga meninggal dunia telah ditetapkan dan ditentukan sebagaimana tercantum dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim bahwa Allah ta’ala telah memerintahkan malaikat-Nya untuk menetapkan empat perkara, dan diantaranya adalah kadar rezeki seseorang.
Ingin Rezeki Lancar? Jangan Ikuti Cara Syaitan!
Allah telah memberikan pedoman agar manusia dapat memperoleh kelapangan dan kelancaran rezeki. Berusaha kemudian bertawakal hanya kepada-Nya merupakan dua kunci sukses bagi pribadi muslim. Patut diperhatikan bahwa ‘berusaha’ yang dimaksud bukanlah dengan melakukan berbagai tindakan yang menyelisihi syariat demi mengejar keuntungan, kesuksesan tidaklah ditempuh dengan mengorbankan diri sehingga menuruti bujuk rayu syaitan.
Syaitan telah ‘menggodok’ berbagai strategi jitu lalu menawarkannya kepada manusia agar mereka tergoda dan terjerumus ke dalam penyimpangan dan dosa. Tidak terkecuali dalam urusan melancarkan rezeki, syaitan turut berperan aktif untuk menggelincirkan manusia dari jalan-Nya. Tidak sedikit manusia terkecoh dan rela diperbudak oleh syaitan, ada yang menempuh jalur penipuan agar bisa sukses, sebagian lagi ada yang merampok, mencuri dan ada yang menempuh jalur perdukunan. Metode terakhir ini sangat banyak yang melakukannya, mulai dari kalangan intelektual hingga mereka yang awam pendidikan terjangkiti ‘penyakit’ cinta perdukunan, anehnya tidak sedikit dari mereka yang berstatus muslim melakukan kesyirikan ini.
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf [12]: 106)
Jimat, Upaya Setan Menggelincirkan Bani Adam
Siapa sih yang tidak ingin sukses dan memperoleh keuntungan dalam bisnis dan profesi yang sedang digeluti? Sebagian besar dari kita tentulah ingin meraihnya. Dalam meraih kesuksesan, manusia terbagi ke dalam dua kategori, ada yang menempuh tangga kesuksesan dengan cara yang halal dan ada yang berkebalikan dengan hal itu, yaitu menempuh cara yang haram.
Seorang yang menggunakan jimat untuk meraih kekayaan termasuk dalam kategori yang diharamkan Islam. Banyak pejabat yang mendatangi ‘orang pintar’ (baca: dukun) untuk membeli jimat agar kekuasaannya langgeng. Di sisi lain, tidak sedikit para artis mendatangi paranormal (baca: para tidak normal) agar diberikan jimat sehingga ordernya tidak sepi dan dirinya tetap ‘laku’. Untuk yang satu ini, salah seorang teman pernah berkomentar, ‘Wah, udah profesinya merugikan masyarakat, pakai cara-cara yang gak benar lagi’. Jimat pun kerap digunakan oleh para pebisnis dan pedagang untuk menarik minat konsumen. Mulai dari ‘wiridan’ (baca: mantra-mantra yang diramu dengan bahasa arab atau dari sebagian ayat al-Qur’an namun prakteknya tidak dituntunkan dalam Islam), amalan-amalan yang tidak jelas asal-usulnya (seperti puasa pati geni, puasa ngebleng, dll) sampai celana dalam pun telah dijajal oleh mereka yang percaya akan keampuhan jimat dalam melariskan dagangan atau mendatangkan keuntungan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang mengalungkan jimat, maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad 4/156, Thabrani dalam al Kabir 17/319 Syaikh Syu’aib al Arnauth dalam komentar beliau terhadap Musnad Ahmad 4/156, mengatakan sanad hadits ini kuat)
Ibnu Abdil Barr rahimahullah mengatakan bahwa orang yang mempercayai keampuhan jimat telah meyakini bahwa jimat itu mampu menolak ketentuan yang Allah tetapkan dan keyakinan seperti inilah yang menyebabkan seorang terjerumus ke dalam jurang kesyirikan (Faidlul Qadlir 6/180)

Jimat Mencederai Tawakal
Imam ath Thibi rahimahullah menyatakan salah satu keyakinan kaum musyrik jahiliyah adalah meyakini bahwa jimat sangat ampuh untuk menolak takdir yang telah ditetapkan bagi mereka, dan keyakinan yang demikian dapat menghilangkan tawakal dari jiwa seseorang (Faidhul Qadir 2/341)
Tawakal sendiri berarti penyandaran hati secara total kepada Allah ta’ala, baik dalam perkara dunia maupun akhirat (Hushulul Ma’mul hal. 83). Seorang yang bertawakal dengan benar kepada Allah dalam segala urusan akan meyakini bahwa segala perkara berada di bawah kekuasaan-Nya. Jika Allah menghendaki, maka pasti urusan tersebut akan terjadi. Jika Dia tidak menghendaki, maka tentu hal tersebut tidak akan terjadi. Setelah meyakini hal tersebut, maka dalam hatinya akan timbul rasa percaya terhadap Allah, lalu dia akan menempuh usaha yang sejalan dengan syariat dalam berbagai urusannya (Hushulul Ma’mul hal. 84)
Orang yang percaya dengan jimat tidak termasuk ke dalam kategori golongan yang bertawakal kepada Allah ta’ala, karena mereka lebih percaya kepada jimat tersebut ketimbang Allah ta’ala. Mereka lebih ‘pede’ ketika memakai jimat daripada melaksanakan tips yang dituntunkan Allah bagi para hamba-Nya dalam meraih kesuksesan. Oleh karena itu, para penggemar jimat akan diliputi kegelisahan dan kegundahan jika jimat mereka hilang atau telah memasuki ‘masa kadaluwarsa’. Hati mereka justru terpaut dengan jimat tersebut, hati mereka telah berpaling dari Allah ta’ala dan hidup mereka telah disandarkan pada jimat tersebut. Maka benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka dirinya akan sangat bergantung (baca: bertawakal) padanya” (HR. Tirmidzi 2072 dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 3/192)

Rezeki Tidak Diraih Dengan Jimat
Rezeki hanya diperoleh dengan kerja keras, keuletan dan tawakal kepada Allah ta’ala, bukan dengan jimat. Beberapa fakta justru membuktikan kegagalan-lah yang akan ditemui oleh mereka yang bergantung pada jimat. Ada yang ludes harta bendanya karena telah mengeluarkan duit dalam jumlah yang banyak untuk memperoleh jimat yang ampuh sementara bisnisnya tak kunjung berhasil. Ada yang mendatangi dukun untuk memperoleh jimat, namun kebangkrutan yang dia temui. Bukan dirinya yang kaya, namun dukunlah yang kaya. Kok bisa kesuksesan dan rezeki dapat diperoleh dengan jimat? Kok bisa orang yang menggantungkan harapan kepada jimat bisa meraih kesuksesan?
Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa seorang yang menggantungkan hati dan harapannya kepada sesuatu selain Allah justru akan menjadi golongan yang hina dan tidak akan memperoleh kebaikan (Badai’ul Fawaaid, 2/470). Di tempat lain, beliau menyatakan bahwa seorang yang demikian keadaannya, justru akan membuka pintu kehancuran dan kebinasaan bagi dirinya dan menutup pintu kesuksesan dan kebahagiaan (Thariqul Hijratain 1/29)
Oleh karena itu mereka yang percaya dan menggunakan jimat adalah orang yang merugi di dunia dan akhirat. Rugi di dunia, karena rezeki tidak kunjung datang kepada mereka. Kerugian di akhirat pun akan dia temui, karena dirinya termasuk golongan yang hina karena membiarkan hatinya bersandar, percaya dan bergantung pada jimat, sesuatu yang tidak mampu mendatangkan manfaat, tidak pula mudharat. Allah ta’ala berfirman,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu? Atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka mampu menolak rahmat-Nya?. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku.” Kepada-Nyalah orang-orang yang berserah diri bertawakal.” (QS. Az Zumar [39]: 38)
Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga beliau, para sahabat dan orang yang mengikuti mereka. Untaian puji hanyalah milik Allah.
Selesai ditulis pada tanggal 15 Dzulqa’dah 1428 H bertepatan dengan tanggal 24 November 2007.
***
Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim
Artikel www.muslim.or.id

0 komentar:

Posting Komentar

SALAM SUKSES SHARING BERSAMA DISINI AMBILAH HAL POSITIF DARI ARTIKEL YANG ADA DISINI